Sabtu, 27 Februari 2010

IQ , EQ , dan SQ

Manusia memiliki beberapa potensi yaitu EQ, IQ dan SQ.

1. IQ (Intellectual Quotients) Kecerdasan Intelektual

IQ adalah kemampuan kita untuk mengolah dan berfikir kognitif yang terukur dengan angka maupun nilai ukur sejak kita di bangku sekolah hingga kuliah,. Kecerdasan inilah merupakan kemampuan yang diolah pada otak sebelah kiri kita. Bagaimana dengan otak sebelah kanan?
Itulah yg menjadi pertanyaan, mengapa IQ harus diimbangi dengan potensi diri yang lain. IQ merupakan potensi genetik yang terbentuk saat lahir dan menjadi
mantap pada usia tertentu saat pra-pubertas, dan sesudah itu tidak
dapat lagi dikembangkan atau ditingkatkan.


2. EQ (Emotional Quotients) Kecerdasan Emosional

EQ berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) menyimpulkan bahwa setiap manusia memiliki 2 potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional.
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.


3. SQ (Spiritual Quotients) Kecerdasan Spiritual

Merupakan kemampuan kita untuk berahlak mulia dan mengenal siapa diri kita dan Tuhan kita. Jadi SQ bukan hanya kemampuan menjalankan shalat atau membaca Al-Qur’an semata, tapi bagaimana semua ibadah yang kita laksanakan dapat dimaknai dan diaplikasikan dalam kehidupan kita, artinya bagaimana perilaku kita adalah merupakan cerminan dari ibadah yang telah kita laksanakan. Sehingga kita menjadi manusia yang dicintai oleh Tuhan dan mahluk-Nya. Dan berikut adalah ciri - ciri orang yang memiliki SQ tinggi :
  1. Berkamampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaannya
  2. Cenderung untuk memandang segala hal itu berkaitan (holistik)
  3. Mampu untuk bersikap fleksibel (secara aktif dan spontan)
  4. Cenderung untuk bertanya “bagaimana jika?” atau “mengapa?” ketika mencari jawaban yang paling mendasar
  5. Memiliki tingkatkesadaran yang tinggi
  6. Memiliki kualitas hidup yang didasari dari visi dannilai-nilai
  7. Merupakan pemimpin yang bertanggungjawab serta berpengabdian
  8. Mampu untuk menghadapi dan melewati rasa takut
  9. Menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kerugian yang tidak perlu

Perlu diakui bahwa IQ, EQ dan SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait di dalam diri kita, sehingga tak mungkin juga kita pisah-pisahkan fungsinya. Berhubungan dengan orang lain tetap membutuhkan otak dan keyakinan sama halnya dengan keyakinan yang tetap membutuhkan otak dan perasaan.

Jumat, 26 Februari 2010

Partisipasi politik

Secara singkat dapat dikatakn bahwa konsep partisipasi politik (political participation) biasanya dipahami sebagai keikutsertaan warga negara dalam proses-proses politik secara sukarela. Kata warga negara disini menunjuk individu atau mungkin kelompok-kelompok di dalam masyarakat dan tidak hanya orang-orang yang duduk dalam lembaga-lembaga resmi seperti anggota parlemen, jaksa, atau hakim. Sedangkan keikutsertaan dalam proses-proses politik pada dasarnya adalah upaya memberikan tanggapan, saran, atau mengemukakan aspirasi atau tuntutan berkenaan dengan penjatahan sumber daya publik. Partisipasi politik memiliki karakter pokok, yakni keikutsertaan didasarkan pada prinsip sukarela bukan paksaan.


Partisipasi politik sudah tentu tidak hanya terbatas pada konteks pemilihan. Aktif mencari informasi mengenai berbagai persoalan berkenaan dengan politik, menulis surat pembaca disebuah surat kabar atau majalah berisi penilaian-penilaian atau mungkin saran-saran mengenai berbagai persoalan mendatangi pejabat lokal untuk menyampaikan saran-saran atau pertimbangan-pertimbangan, dan menulis petisi untuk memperjuangkan tuntutan-tuntutan merupakan pertisipasi politik konvensional lain yang sering dijumpai dalam kehidupan politik demokratis.

Dalam arti non-konvensional partisipasi politik mencakup berbagai kegiatan yang cenderung melibatkan orang banyak dalam suatu bentuk kelompok masa dan kadang kala disertai dengan perlanggaran tertib hukum dan kekerasan. Mengkoordinasikan aksi pemogokan dikalangan buruh untuk menuntuk kenaikan upah, perbaikan kondisi kerja, peningkatan jaminan sosial, misalnya merupakan partisipasi politik non-konvensional. Aksi mogok sampai tingkat tertentu dapat diterima sacara luas, apabila tidak disertai dengan aksi-aksi kekerasan dan pengrusakan. Begitu juga, aksi protes dengan cara berpawai dengan membawa spanduk dan poster menyampaikan berbagai tuntutan seperti penurunana harga-harga ataupun tarif, pengadilan yang sungguh-sungguh terhadap tersangka tindak pidana korupsi, dan pemberian sanksi hukum yang seberat-beratnya bagi orang-orang yang terbukti memproduksi, medistribusikan, dan menggunakan narkotika. Aksi-aksi demontrasi yang disertai dengan kekerasan seperti penculikan, penyanderaan dan pengrusakan biasanya ditolak sebagai saluran komunikasi politik dengan saluran khusus oleh masyarakat pada umumnya.

Penting untuk ditegaskan bahwa dalam kondisi normal, maka partisipasi politik pada umumnya dikaitkan dengan upaya-upaya untuk mengartikulasikan kepentingan, tuntutan, dan aspirasi-aspirasi sesuai ketentuan peraturan serta norma-norma yang berlaku dalam konteks masyarakat demokrasi. Dalam situasi abnormal, kondisi yang ada dapat berbeda jauh, termasuk melewati batas-batas peraturan dan norma-norma. Aksi protes yang dilancarkan oleh para guru di istana presiden sambil menggelar spanduk dan berorasi menyampaikan tuntutan supaya janji mengalokasikan 20% APBN untuk pendidikan segera direalisasi merupakan bentuk partisipasi politik yang non-

Pengaruh Sosial Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi pada dasarnya mencerminkan sistem pengawasan sosial yang mengatur hubungan antar manusia dan antar lembaga. Oleh karena itu, untuk melihat perbedaan dalam sistem komunikasi, kita harus memperhatikan sistem kehidupan masyarakat yang menerapkan sistem komunikasi itu.

Idealnya, semua produk media massa dapat berguna bagi masyarakat sebagai alat untuk mengembangkan wawasan yang dijadikan bekal dalam menjalani kehidupannya. Beragam masalah disajikan oleh media massa, mulai dari masalah politik, ekonomi, sosial, hokum hingga budaya. Setiap media massa yang ada juga mengharapkan dapat memenuhi keingintahuan masyarakat terhadap suatu peristiwa atau pendapat dengan bidang masalah yang disajikan tersebut.

Berita sebagai suatu bentuk informasi dan keterangan mengenai suatu peristiwa atau isi pernyataan manusia, sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh masyarakat.

Sistem komunikasi dibedakan menjadi empat macam antara lain :

  1. Sistem Komunikasi Otoriter

Sistem komunikasi ini mengemukakan bahwa kebenaran bukan berasal dari rakyat akan tetapi berasal dari sekelompok orang yang dianggap bijaksana yang memimpin pengikut-pengikutnya.

Contoh :

Pada Agustus 1962 berdiri sebuah stasiun televisi milik pemerintah , yaitu Televisi Republik Indonesia atau TVRI. Stasiun televisi ini merupakan stasiun televisi pertama dan satu-satunya yang ada di Indonesia pada saat itu.

Penguasa menggunakan media komunikasi ini untuk memberitahu masyarakat tentang kebijaksanaan yang dilaksanakan pemerintah. Masyarakat hanya dapat informasi dan hiburan hanya dari TVRI saja tanpa bisa membandingkan keakuratan informasi yang diberikan dengan yang lain.

  1. Sistem Komunikasi Komunis

Dalam sistem komunikasi komunis dianut sistem bahwa media komunikasi adalah milik negara, bukan swasta. Kebebasan untuk menyatakan pendapat adalah untuk menyatakan sesuatu yang sudah dirumuskan oleh pemerintah, sehingga dampak sosiologis dari komunikasi lebih banyak ditentukan oleh penguasa.

Contoh :

Tahun 1990 muncul stasiun televise swasta pertama di Indonesia bernama Rajawali Citra Televisi atau RCTI. Kemudian stasiun-stasiun televisi swasta lainnya bermunculan seperti TPI, SCTV dan Indosiar.

Akan tetapi pada kenyataannya setiap pukul 19.00, seluruh stasiun televisi swasta wajib menayangkan siaran berita yang berasal dari TVRI selama 30 menit.

Walaupun setiap stasiun televisi swasta sudah punya program berita tapi mereka harus tetap menayangkan program berita yang disiarkan oleh TVRI secara serentak.

  1. Sistem Komunikasi Liberal

Sistem komunikasi liberal menganggap manusia bukan makhluk yang harus dituntun tetapi manusia merupakan makhluk yang berakal dan mampu mebedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kebenaran bukan milik penguasa tetapi milik semua orang.

Contoh :

Setelah melalui kesepakatan bersama, stasiun-stasiun televisi swasta mulai menyiarkan program berita yang dikemas sendiri dengan format yang berbeda antara stasiun televisi yang satu dengan yang lainnya.

Kebebasan yang besar pada sistem komunikasi liberal dalam menyajikan berita meberikan ragam menarik untuk masyarakat yang butuh informasi.

  1. Sistem Komunikasi Berdasarkan Tanggung Jawab

Sistem komunikasi pertanggungjawaban sosial merupakan modifikasi dari sistem liberal namun dalam sistem komunikasi ini lebih ditekankan perlunya pertanggungjawaban sosial dari semua kegiatan komunikasi. Maksudnya, setiap kebebasan juga harus disertai tanggung jawab bagi kepentingan masyarakat.

Contoh :

Program berita investigasi yang disiarkan salah satu stasiun televisi mengungkap suatu masalah lebih dalam dan terperinci. Hal ini membuat masyarakat menjadi lebih waspada dan semakin berhati-hati dalam menjalani kehidupannya.

Misalkan berita mengenai makanan yang menggunakan pewarna tekstil atau pakaian. Dalam berita itu diungkapkan bahwa ada beberapa makanan olahan yang pewarnaannya justru menggunakan pewarna pakaian. Setelah itu dijelaskan perbandingan antara makana olahan yang menggunakan pewarna pakaian atau pewarna yang khusus unutk makanan.

Pengaruh Komunikasi Terhadap Proses Terbentuknya Pendapat Umum

Efek atau pengaruh komunikasi terhadap suatu opini public dipengaruhi oleh predisposisi atau pemahaman suatu kelompok individu tentang sesuatu masalah yang sudah mereka miliki sebelumnya. Oleh karena itu sebuah persoalan yang sama sekali baru bagi seseorang relatif akan memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan persoalan yang telah diketahuinya.

Jika media massa memberikan perhatian pada isyu tertentu dan mengabaikan isyu lainnya maka akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Orang akan cenderung ingin mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isyu-isyu yang berbeda.

Misalnya, dalam merefleksikan apa yang dikatakan oleh para kandidat dalam suatu kampanye pemilu, media massa menentukan mana topik yang penting, seperti stategi apa yang akan digunakan agar memperoleh perhatian dari sebagian besar masyarakat agar masyarakat mau mendukung kandidat itu. Dengan demikian media masa menetapkan agenda kampanye tersebut. Kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting dari kekuatan media massa.

Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai topik yang dimuat di media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu. Sebaliknya, bagi topik yang kurang mendapat perhatian media.